Teknik Sliding, Dari GP500 ke Road Race, BIMA OCTAVIANUS Tonggak Sejarahnya

aksi sliding #25 Bima Octavianus [Jhonson Tetepa Racing Team Yogyakarta] terdepan. pict|Yoni MotorPlus

Secara umum banyak orang menyebutnya sebagai aksi “sliding”. Maksud dari sliding ini adalah dimana kondisi ban belakang motor pada cengkraman aktif di aspal. Saat masuk tikungan dan melakukan engine breake kemudian mengarahkan setir ke arah berlawanan dari tikungan itu sendiri “misal belok ke kiri stir dibanting ke arah kanan” lalu ban bergerak berontak dari jalur yang beda dengan ban depan, atau bergeser sesuai arah setang, inilah yang kemudian disebut dengan istilah umum “sliding”. Dalam sejarah panjang di masa lalu, teknik ini tenar disebut dengan “Rear Whell Steering” yang dikenalkan oleh pembalap Yamaha Red Bull GP 500 Tahun 2000 Gerry McCoy asal Australi.

teknik “Rear Wheel Steering” oleh Gerry McCoy tahun 2000 yang membawanya peringkat 5 di akhir musim

Gerry McCoy pada waktu itu disoroti sebagai pembalap yang dari kalangan ekonomi sederhana. Dalam ingatan awak media 221 yang pernah sekilas baca di tabloid MotorPlus, ayah Gery adalah usahawan biasa. Gerry sendiri bukan pembalap yang masuk hitungan “berbahaya” di era kompetisi tahun 2000, terlebih lagi Ia bernaung di bawah tim satelit Yamaha pada waktu itu.

Namun di salah satu seri GrandPrix 500 atau sekarang lebih kita kenal “MotoGP” di tahun tersebut, pria Australi ini beri kejutan besar sekaligus mencetak “teknik” membalap baru dalam sejarah. Gerry menjuarai GP500 seri GP Afrika Selatan di atas Yamaha YZR 500 cc unggul berkat teknik menggeser ban belakang saat menikung ini. Seperti yang 221 kutip dari MotorPlus sebagai salah satu media cetak kondang lokal dimasa itu, Gerry menipu lawan dengan gerakannya. Dimana saat Ia masuk tikungan ke kiri, setirnya dibelokkan ke kanan “meski space gerak stir sangat sempit namun tetap terlihat jelas aksinya”. Sehingga aksinya ini susah dibaca oleh musuh di belakang. Dimana racing line atau jalur balap teracak secara masif.

Sejatinya sang legenda “Mc Dohan” yang juga dari Australi, sang rider Repsol Honda jauh sebelumnya sudah lakukan teknik ini, namun menjadi istimewa dan sorotan media balap dunia ketika yang melakoninya adalah rider dari tim satelit yang tidak diperhitungkan.

Nah.. kemudian, dari trend balap dunia ini pun segera mewabah di balap kelas sirkuit buatan berpembatas karung dan ban mobil bekas, apa lagi kalau bukan road race di Indonesia. Bukan karena mencotoh semata, namun teknik balap kian berkembang dari waktu ke waktu seiring berkembangnya pula teknologi motor balap. Ban Bridgestone type Batlax baru masuk Indonesia tahun 1990 an ke atas dan ramai mendekati tahun 1998, sebelumnya, tak mudah bagi pembalap melakukan aksi nikung ekstrim dengan keterbatasan merk ban yang ada.

Sekedar catatan, ban Brigdestone Batlax yang ada di road race nasional, sejatinya sama sekali bukan ban balap. Justru ini adalah ban harian, namun compon nya memang tak bisa dipungkiri cocok untuk aspal road race. Beda tentunya dengan ban FDR MP76 dan generasi lainnya, yang harus lewati riset panjang dan melahirkan banyak varian sesuai kondisi cuaca. Dulu bena-benar terbatas, harga pun selangit.

Bima Octavianus [kiri] saat di Motoprix Jogja 2015, bersama kolektor helm balap asal Magelang mas Is Rose

Paling tenar di tanah air, aksi “Rear wheell steering” atau sliding atau awak 221 lebih dramatis menyebutnya sebagai “ngesottt”, rider Yogyakarta Bima Octavianus lah yang populer mengenalkan aksi ini di balap road race nasional. Bima yang pembalap seeded dikala itu bergabung bersama tim Jhonson TEPEPA Yogyakarta, sebuah tim milik pengusaha kayu asal malaysia. Bukan tim pabrikan, tapi larinya selalu jadi batu sandungan bagi tim-tim mapan di jamannya. Lewat Yamaha F1ZR nya, Bima sering kali masuk tikungan rolling speed dengan gaya ekstrim ini. Ban Brigedestone Batlax lah yang menunjang aksi bima, kala itu FDR speck khusus road race masih belum lahir.

Teknik ekstrim ini dahulu di era 2001 an hanya dilakukan oleh segelintir pembalap saja. Faktor sirkuit dan penguasaan teknik bagi tiap pembalap yang membuat tak semua mampu melakukan manuver ekstream tersebut di trek dadakan. Namun terkuak sejarah panjang, atas aksi bima ini. Tak hanya spesial di soal pengendalian kuda besi bebek, Bima ini dulunya juga orang spesial-nya Ikatan Motor Indonesia [IMI] ternyata. Sebuah kesempatan langka bagi pembalap Indonesia di kala itu, karena pria yang sekarang lebih aktif di balap Grasstrack ini pernah disekolahkan di salah atu sekolah balap di Australi oleh IMI. Kenyang pengalaman membalap dari era Suzuki Crystal, Suzuki RGR hingga F1ZR Sudah pasti. Ditambah lagi dengan pendidikan balap di Australi, tetntu makin mantabzz.. teknik membalapnya.

Kini bocah SD pun sanggup melakukannya. Efek perkembangan teknologi nyaman sektor kaki-kaki diikuti perekmbangan teknik membalap

Kalau berkaca pada era dulu dan masa sekarang, teknik sliding ini bagaikan aksi mudah bagi kebanyakan pembalap yang main di kejurnas balap motor. Bahkan anak SD ingusan pun bisa melakukannya. Nggak percaya..??? silahkan datang di latihan balap atau program sekolah balap di Maguwoharjo Jogja. Sliding-sliding miring bahkan seolah mau jatuh tapi nggak jadi sudah jadi pemandangan latihan biasa di sore hari.

Yup.. itulah kilas sejarah yang masih ada di ingatan awak media 221. Bukan hanya teknologi motor kencang saja yang berkembang, teknik balap juga terpengaruh seiring berkembangnya teknologi motor balap yang kian kencang, dan kestabilan motor balap pun terus dikembangkan tingkat kenyamanannya. Semoga kilas sejarahnya bermanfaat… Rudi221

Berikan komentar cerdas, kritis dan bermanfaat di kolom bawah.. 🙂 Thanks… 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini