Sepanjang sejarah sejak lahirnya yang namanya Kejurnas balap motor “MotorPrix” di 2005, tradisi mengemas event yang menggunakan arena sirkuit memadahi selalu dijaga. Hampir sejak tahun tersebut, untuk wilayah Jawa, gelaran balap Kejurnas selalu menggunakan 2 opsi lintasan yang menjadikan image balap yang banyak dibilang orang sebagai “pasar senggol” lebih eksklusif tanpa harus digelar di jalan umum seperti menyewa jalan utama tengah kota. Ini Kejurnas, benar-benar beda perlakuan dengan Kejurda.
Dua opsi lintasan hingga saat ini, kalau tidak sirkuit Permanen ya sirkuit dari lahan parkir stadion. Kenapa..? sangat logis, karena ajang Kejurnas MotorPrix membutuhkan waktu 3 hari untuk gelaran event. Yakni meliputi, Jumat adalah sesi latihan resmi, lalu Sabtu adalah pencarian waktu terbaik alias kualifikasi, dan Minggu baru race day.
Tentu, dalam waktu 3 hari tersebut, sangat lah mustahil menyewa jalan raya kota untuk gelaran road race. Umumnya tradisi yang masih berlaku road race menggunakan jalan raya adalah event Kejurda. Namun itu hanya berlangsung satu hari di minggu race day saja. Maka dari itulah Kejurnas selama ini menggunakan arena lahan parkir stadion yang lebih memilikI keleluasaan di soal waktu sewa yang bisa selama 3 hari.
Terlebih lagi, untuk jalanan kota sungguh tidak mudah untuk menciptakan layout sirkuit yang dimau standard Kejurnas. Mau tidak mau ya itulah modelnya. Seperti mengikuti kontur jalan alun-alun yang cuma kotak, atau satu lajur jalan yang dibelah jadi dua untuk efektifitas space layout. Akhirnya hanya event kejurda abadi digelar di jalan raya.
Namun pada Final Kejurnas Road Race Region II Jawa yang akan digelar nanti pada tanggal 12 -13 November 2016, MotorPrix akan keluar dari tradisi lama seperti biasanya yang menggunakan sirkuit lahan parkir maupun permanen. Sensasi berbeda di seri pamungkas yang jatuh di kota Wonogiri Jawa Tengah nanti akan tampil lain dengan menggunakan jalan raya tengah kota.
Dalam event bertajub GAJAH MUNGKUR FDR NHK MOTORPRIX 2016 ini suasana akan terasa lain. Bila biasanya kejurda yang digelar di jalan raya tengah kota, maka kali ini Kejurnas yang mendarat di tengah-tengah pusat kota. Balapan di tengah-tengah kota, tentu dengan suasana penonton yang lebih ramai riuh dan pemandangan yang juga nampak lain. Ini sangat istimewa mengingat meskipun digelar di jalan umum, namun model sirkuit tetap memenuhi standard kejurnas.
Tak ada istilah tikungan mati atau putar balik. Areka lokasi yang tepat berada di sekitar alun-alun Wonogiri ini sukses ciptakan layout yang lumayan menantang. Modelnya kotak, tapi terdapat street atau trek lurus yang lumayan panjang buat gaya membalap sambil merunduk lama. Tikungan pertama yang mengarah bentuk S pun siap sajikan tontonan gaya membalap seperti gelar ular.. seremmm euy… 😀 yang pasti sensasi beda balap Kejurnas bisa tampil di jalan umum tengah-tengah kota.
Tetap salut untuk penyelenggara, mengingat sungguh bukan hal mudah mengurus perijinan sebuah event balap di jalan umum bahkan sampai dua hari. Yang satu hari saja, kadang sulitnya minta ampun. Banyak faktor serta kesulitan menggelar event di jalan umum. Karena umumnya ada banyak fasilitas publik maupun tempat usaha serta rumah ibadah yang harus dikondisikan. Namun, Wonogiri kali ini mampu beri warna berbeda dengan sajian balap kejurnas di lokasi yang tak biasa. Wonogiri mantabzz… Rudi221