Wajah balap motor tanah air sejatinya mengenaskan, bagaimana tidak, olah raga bergengsi yang bisa mengangkat nama bangsa dan negara di Kancah Asia ini sangat minim sarana dan prasarana. Olah raga balap road race masih juga belum jadi prioritas olah raga yang diangkat. Bola masih yang nomor satu, ya inilah Indonesia, mau gimana lagi. Paling tersa miris, adalah soal lahan latihan untuk balap. Kuda besi yang dibangun mahal dan pembalap yang mengenakan wearpack bermerk pun harus latihan ngesot di sembarang tempat.. hmmm.. apakah ini patas… Wajah sirkuit road race di Indonesia masih kental dengan lahan parkir stadion, lahan kantor Bupati, dan jalanan aspal lainnya yang bisa dipakai. Pembalap numpang latihan di lahan parkir itu hal yang wajar dan sudah berlangsung hingga puluhan tahun di Indonesia. Hmmm…. hanya bisa pasrah sambil berharap entah sampai kapan akan seperti ini terus.
Paling miris lagi, kadang lokasi yang tidak umum pun digunakan untuk latihan balap. Ini bukan didasari prilaku ngawur, tapi karena keterpaksaan lantaran tak ada pilihan lain lagi. Seperti anak-anak balap di kota Jember Jawa Timur ini. Lihat.. lokasi lantihan mereka berada tepat di pinggir rel kereta api. Ya terang saja… ini merupakan lahan milik stasiun kereta PJKA Rambipuji Jember. Lebih sadis lagi, lahan tersebut bukanlah dari aspal, melainkan dari beton. Hanya disinilah lokasi yang bisa jadi pilihan anak-anak racing kota Jember, lantaran tak ada pilihan lagi. Bayangkan saja, betapa mirisnya risiko yang bisa saja terjadi bila kurang hati-hati. Namun sisi uniknya mereka bagaikan beradu cepat dengan kereta api.
Namun sayang seribu sayang mereka sudah tak lagi bisa latihan di tempat tersebut, lantaran mendapat teguran dari pihak stasiun. Anak-anak racing kota jember ini dianggap memicu suara bising dan dianggap mengganggu warga. Hmmm sekarang pun mereka tak tahu harus latihan dimana. Semoga pemerintah setempat mau memperjuangkan olah raga yang bisa menjadi sarana pembinaan bibit muda berbakat ini. [Rudi221]